Gusar


Sepinya malam mulai menggelayuti hati yang rindu. Pengapnya hati yang tlah lama tak berpenghuni menjadi ultimatum sebuah pemenuhan janji yang dinanti. 

Di ambang jiwa yang gusar, empunya membuka kembali buku lawas yang tak sengaja terlempar dari sarangnya. Tak lama bersua, ternyata petikan petikan bait yang dulu dianggap manis, kini tinggal sepah. 

Sungguh menyedihkan. Ia menggaruk kepala yang tak gatal, sesekali menyodorkan kepala untuk dihantam tembok bercat biru dengan sengaja. 

Seperti malu bercampur jijik. Rasanya ingin sekalian menghancur leburkan kaca retak yang tak ada fungsi. 

Comments

Post a Comment