Asam Pedas yang Manis #DevanAyu


    Selasa siang yang lumayan terik di pekan ketiga bulan sebelas waktu itu, Ayunindya yang biasa disapa Ayu memilih food court di gedung bilangan Jakarta tempatnya bekerja sebagai pilihan menyantap makan siang. Sederet penjual makanan menyajikan beragam menu yang sebenarnya begitu menggugah selera makan gadis Minang berkacamata minus 2,5 itu.

    Siangnya tak seperti biasa, kali itu ia memilih untuk pergi makan sendiri. Entahlah, mungkin hatinya sedang gusar, atau sisi introvertnya yang sedang mendominasi. Setelah dua menit melihat sekitar, ia memilih asam pedas sebagai menu makan siangnya.

    "Suka juga makan asam pedas?" Tiba-tiba Devan menyajarkan dirinya dan bertanya basi.

    Ayu yang sedang memesan satu porsi asam pedas sontak menoleh ke arah kanannya. Sebenarnya ia sedang tak ingin diganggu, apalagi dengan pertanyaan garing yang entah menjurus kemana.

    Terpaksa Ayu menjawab seadanya, karna ia tak mau dianggap tak ramah ataupun jutek. "Ya, asam pedas ini makanan kesukaanku," jawab Ayu sekenanya, sambil menebar senyum yang renyah.

    Seperti biasa, Devan menebar senyumnya yang paling manis. Setelah Ayu mendapatkan pesanannya, ia segera mengarah ke meja yang telah disediakan, bangku putih sederhana ditariknya, sesaat ia telah mantap duduk dengan satu porsi asam pedas tersaji di depannya. Bukan karna iseng atau apa, Devan yang tertarik melihat Ayu segera menyusul, dan memilih bangku tepat di depan Ayu.

    "Aku boleh duduk di sini ya?" tanya Devan sembari membenahi piring dan gelasnya.

    "Ya, duduk aja, lagian bangku itu kan punya kantin. Jadi siapa aja bebas mau duduk disitu," jawab Ayu setengah jutek.

    Selagi menyantap makanannya, Devan sempat-sempatnya mencuri lirikan ke Ayu. Rambut panjangnya yang digerai, membuatnya kadang jatuh ke depan saat Ayu menyuap nasinya. "Aku juga suka asam pedas," ucap Devan seketika.

    Trus urusan gue apa?, Ayu membatin. Tidak, dia tidak akan menjawabnya seperti itu. "Kenapa suka asam pedas?" Ayu bertanya seadanya.

    "Karna ada cerita di balik asam pedas ini," jawab Devan membuat penasaran.

    "Kamu tau asam pedas ini makanan khas daerah mana?"

    "Sepertinya dari daerahku,"
 
    Devan hampir saja tersedak, "Kamu gadis Minang?"
 
    "Seperti itulah," Jawab Ayu singkat.

    "Kamu tau apa yang menarik dari gadis Minang?"

    "Menurutmu apa?" Ayu malah balik bertanya.

    "Mereka gadis yang gigih dalam bekerja," Papar Devan sok tau.

    "Atas dasar apa jawabanmu itu?" Tanya Ayu sambil  menyantap nasinya untuk kesekian kali suapan.

    "Hal itu jelas terlihat, karna banyak gadis Minang yang merantau. Hahaha," Tawa Devan mencoba mencairkan suasana.

    Ayu tak bergeming, ia malah lebih lahap menyantap asam pedasnya. Devan mulai panik, guyonannya bukan kelas si Ayu. Alamak, mati aku.. Seperti itu mungkin Devan membatin.

    "Sama sekali tidak lucu ya?, maaf, wajar aja, aku kan bukan pelawak,"

    "Aku cuma ingin menghiburmu,"

    Lagi-lagi Ayu tak bergeming, nasi di piringnya hampir habis. "Kamu ini siapa sih?" Ayu bertanya dengan sangat serius.

    "Astaga! Bodoh sekali aku ini. Dari tadi berbincang, tapi belum memperkenalkan diri," Devan menepuk jidat. Memasang wajah malu, padahal kegirangan karna triknya berhasil.

    "Aku Devan, programmer di Creative Corp," Ujar Devan seraya menjulurkan tangan, berharap tangan Ayu segera menyambutnya.

    Hari itu Devan sedang ditemani dewi fortuna. Ayu yang notabene gadis jutek, kali itu sedikit lebih ramah dari biasanya kepada orang asing. "Aku Ayu, redaktur di Majalah Corner," Papar Ayu seraya menyambut tangan Devan dengan mantap.

    "Wah, menarik sekali. By the way, aku suka baca majalahmu itu, dan sekarang sebuah keberuntungan aku bertemu dengan redaktur dari majalah yang sering kubaca," Devan berusaha seantusias mungkin. Berharap Ayu akan meresponnya.

    Sepertinya keramahan Ayu tak bertahan lama, entahlah apa yang membuatnya berbeda sekali hari itu.

    "Tidak usah berlebihan, kalau memang kamu baru dengar Majalah Corner, tak usah berpura-pura majalah itu jadi favoritmu." Celetuk Ayu, sembari bangkit dari bangkunya dan pergi meninggalkan Devan.

    Sial, sial... Padahal selangkah lagi, tapi gagal karna aku tidak jadi diri sendiri. Devan membatin.

    Ia hanya bisa terus menatap punggung Ayu yang semakin menjauh. Sambil tersenyum terbayang manisnya wajah Ayu. Ini benar-benar pengalaman makan asam pedas yang manis, batin Devan.

   

- bersambung -

Comments

Post a Comment